Bagi yang mendengar musik dangdut namun seperti aliran rock yang keras, itu adalah warisan dari Rhoma Irama. Pada pertengahan tahun 70an, Rhoma memberikan sentuhan rock pada musik melayu yang belakangan disebut sebagai dangdut. Di tangan Rhoma dan Soneta Grup, dangdut menjadi progresif, bahkan bisa menyaingi rock dalam setiap performanya. “Di tangan Rhoma, dangdut direvolusi menjadi lebih modern,” catat pengamat musik kawakan, Bens Leo.
“Jadi memang saya sengaja melakukan revolusi tadi, kenapa? Karena waktu itu dunia, termasuk Indonesia dilanda ‘Rock Fever.’,” katanya. Salah satu cara menyaingi Rock, Rhoma dan Soneta juga memakai sound system ratusan ribu watt. Upaya Rhoma memasukkan gaya rock pada Orkes Melayu membuat para punggawa musik rock pun murka. “Dangdut disebut musik tahi anjing. Saya balas dengan rock sebagai terompet setan,”ujarnya tertawa. Selain bentrok antar fans, setiap Rhoma dan Soneta manggung selalu diwarnai hujan batu.
Catatan: Mata Najwa adalah program gelar wicara yang dipandu oleh jurnalis senior, Najwa Shihab. Musim pertama disiarkan perdana di MetroTV sejak 25 November 2009, Mata Najwa konsisten menghadirkan topik-topik menarik dengan narasumber kelas satu.
Posting Komentar
Posting Komentar